Sihir Perempuan - Mak Ipah dan Bunga-Bunga
Sihir Perempuan
BAB 6 : MAK IPAH DAN BUNGA-BUNGA
SYDNEY.S
Cerpen pada bab 6 ini menurut saya memiliki kesamaan dengan cerpen Vampir , dan Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari yang lagi-lagi memperlihatkan realitas sisi gelap perempuan. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah Marini, yang baru saja menikah dan akan menyelenggarakan acara di kampung halaman suaminya. Di dalam cerpen ini, dijelaskan bahwa ia mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan keluarga barunya. Di kampung tersebut, memasak adalah hal yang harus dilakukan oleh semua perempuan. Tetapi menurutnya, memasak hanyalah hobi dan bukan kewajiban. Singkat cerita, akhirnya Marini bertemu dengan nenek tua yang dikenal sebagai Mak Ipah. Ia melihat Mak Ipah yang selalu menyirami tanamannya, berkenalan dengannya, dan bingung mengapa Mak Ipah tidak diundang. Ia lalu diberi tahu suaminya bahwa Mak Ipah dianggap gila karena terjadinya trauma yang menghantam hidupnya. Putrinya meninggal karena diperkosa oleh laki-laki yang ia besarkan. Sejak insiden tersebut, Mak Ipah mengabaikan lingkungannya, dan dianggap gila oleh warga kampung. Setelah Marini mencari tau, ia lalu mengerti mengapa Mak Ipah merawat bunga-bunga mawar harum di rumahnya dengan baik. Suasana membaca menjadi mencekam ketika diungkapkan bahwa Mak Ipah membalas dendamnya dengan mengubur laki-laki tersebut dibawah tanamannya agar bau busuknya hilang.
Pada cerpen ini, ada penerapan norma, adat istiadat, dan budaya Indonesia yang tentunya masih kental. Contohnya dengan bagaimana tokoh Marini menyium tangan orang yang lebih tua ketika berkenalan, paham para penduduk kampung yang mengatakan bahwa perempuan harusnya selalu berada di dapur, dan juga pemikiran orang-orang dimana pengantin baru harus cepat-cepat mendapatkan keturunan. Selain itu, juga digambarkan secara jelas suasana dan lingkungan berada di kampung Indonesia. Menurutku, penggunaan latar disni sangat bagus karena dapat mengingatkan para pembaca terhadap budaya negara Indonesia.
Suatu hal menarik lagi yang saya analisa dari cerpen ini adalah penggunaan ironi terhadap bunga-bunga mawar di rumah Mak Ipah yang digunakan untuk menutupi jasad laki-laki tersebut. Bunga mawar dikenal sebagai bunga harum yang melambangkan keromantisan dan ketulusan. Tetapi di cerpen ini, bunga mawarlah yang memberikan sentuhan horor. Bau harum dari bunga mawar digunakan untuk menutupi kegelapan yang terjadi. Hal tersebut dapat di merefleksikan kehidupan kita sehari-hari, dimana sering kali kita juga menutupi hal buruk dengan sesuatu yang indah agar tidak terlihat.
Dari cerpen ini, kita juga bisa belajar mengenai kasih seorang ibu yang tidak akan pernah pudar. Setelah kematian putrinya, kehidupan Mak Ipah hanya dipenuhi kesedihan, kemarahan, dendam, dan kehampaan. Ia sampai-sampai dianggap gila karena terlalu mengabaikan lingkungannya dan hanya memerhatikan tanamnnya yang mencertikan putrinya. Ia juga masi menghayal bahwa ia memiliki putri, dan mencertikannya kepada Marini. Cinta seorang ibu akan selalu abadi.
Comments
Post a Comment