Sense and Sensibility - Volume 1
Sense and Sensibility
VOLUME 1
SYDNEY.S
Seperti novel-novel lain pada umumnya, bab pertama di novel ini bersisi mengenai introduksi, pengenalan karakter, latar belakangnya, serta ciri-ciri dan kepribadian para karakternya. Cerita di bab pertama ini memperkenalkanku terhadap sebuah keluarga terhormat yang memiliki berbagai permasalahan diantaranya. Permasalahan tersebut fokus terhadap keuangan, kekuasaan, dan warisan keluarga. Saya juga sudah dapat melihat bagaimana para anak-anak perempuan Mr.Dashwood yang dideskripsikan sebagai yang “tak beruntung” tersebut menjadi sorotan utamanya. Sedikit mengenai judul “Sense dan Sensibility” juga dilibatkan di bab ini melalui kepribadian antara Elinor dan Marriane.
Bab pertama ini cukup singkat tetapi jugalah jelas. Sebagai pembaca, saya rasa pengenalan karakter tersebut dituliskan secara teratur dan detail. Bahasa yang digunakan jugalah bahasa sehari-hari hingga tidak sulit untuk dimengerti. Dengan banyaknya karakter yang terlibat di cerita ini, penulis memilih untuk menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dengan membaca bab pertama ini, saya merasakan sebuah ketertarikan mengenai konflik keuangan yang ada, hingga membuatku ingin terus membaca.
Bab 2
Bab kali ini sebagian besarnya bercerita mengenai argumen antara Mr dan Mrs John Dashwood mengenai permintaan terakhir Mr.Dashwood, yaitu untuk memberikan si janda dan para anak-anak perempuannya kehidupan yang nyaman. Dengan membaca bab kali ini, saya dapat melihat bagaimana karakter Mrs.John Dashwood sangatlah egoistik, berpikiran jahat, dan sangat cerdik. Karakter Mr.John Dashwood juga terlihat sangat bergantung kepada perkataan istrinya, Fanny. Saya dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya, Mr.John Dashwood adalah orang yang baik dan dermawan, tetapi ia gampang terpengaruhi oleh perkataan istri yang dicintainya. Kekuasaan sang istri juga ditonjolkan di bab ini, dengan bagaimana ia berperilaku seakan-akan adalah pemilik rumah Norland dan bagaimana ia selalu mendapatkan yang diinginkannya karena ia dapat mengontrol perlakuan suaminya.
Saya suka bagaimana buku ini sangat detail dan mampu membuat para pembacanya benar-benar mengerti segala alasan dibalik perlakuan. Untuk menjelaskan sebuah keputusan yang akhirnya dibuat oleh Mr dan Mrs John Dashwood sendiri, penulis menceritakannya di satu bab dengan memuatkan konversasi-konversasi diantaranya.
Bab 3
Seorang karakter baru diperkenalkan di bab ini, yaitu Edward yang merupakan adik dari Mrs. John Dashwood. Pada awal bab ini, Edward dideskripsikan sebagai laki-laki yang baik dan tidak seperti kakaknya, Fanny. Mrs. Dahswood dan Elinor begitu menyukainya, tetapi Marianne memiliki persepsi yang terbalik. Melalui hal itu, perbedaan selera dan perspektif antara Elinor dan Marianne begitu terlihat. Dengan mereka menilai seorang laki-laki pun, sangat bertolak belakang.
Suatu hal lagi yang saya rasa buku ini sangat menonjolkan adalah masalah keuangan. Seperti di bab yang sebelumnya, uang selalu menjadi masalah dan selalu dilibatkan di segala hubungan. Mungkin penulis juga ingin menunjukan bagaimana kehidupan berkeluarga yang sesungguhnya di masa tersebut.
Bab 4
Lagi-lagi judul dari buku ‘Sense and Sensibility’ dicerminkan melalui perbedaan pendapat antara Elinor dan Marianne. Di bab yang kali ini, Elinor menjelaskan bagiamana perasaannya terhadap Edward. Ia seakan-akan sangat mengagumi Edward, meyakini bahwa hubungannya akan berjalan dengan lancar karena cinta dan kesamaan mereka. Akan tetapi, Marianne terlihat memiliki pendapat yang berbeda dan bertolak belakang. Ia merasa tidak yakin dengan hubungan Edward dan Elinor . Akan tetapi, untuk menjaga perasaan sang kakak, Elinor dan Ms.Dashwood pun menyutujui hubungan mereka dan memberikan dukungan yang penuh. Akan tetapi, para pembaca dikenalkan ke sebuah konflik dalam hubungan Edward dan Elinor ini, dimana ibu Edward sepertinya tidak akan menyutujui hubungan mereka. Bab ini diakhiri dengan Mrs.Dashwood yang diundang untuk tinggal di di Barton Park milik sepupunya, Sir John Middleston. Mrs. Dashwood pun langsung menerima tawaran ini dengan senang hati.
Bab kali ini mengingatkanku terhadap sebuah isu global yaitu perbedaan kesengjangan sosial. Ibu Edward mungkin tidak menyetujui hubungan Edward dan Elinor karena perbedaan kelas. Di buku ini, mungkin penulis ingin menunjukan bagimana kehidupan pada jaman tersebut. Akan tetapi di jaman sekarang, pengertian-pengertian negatif mengenai kesenjangan sosial harus dihapuskan dan kita semua harusnya tidak memandang orang dengan kelas / tingkat sosialnya.
Bab 5
Bab kali ini hanyalah merupakan lanjutan cerita dari bab sebelumnya. Diceritakan proses perpindah rumah Mrs.Dashwood dan anak-anaknya ke Norland Park. Di bab ini, juga diungkapkan secara detail perasaan dan pikiran orang-orang yang terlibat dalam perpindahan ini. Mr. dan Mrs. John Dashwood tampak kaget dan Edward pun menjadi gelisah.
Bab kali ini hanyalah merupakan lanjutan cerita dari bab sebelumnya. Diceritakan proses perpindah rumah Mrs.Dashwood dan anak-anaknya ke Norland Park. Di bab ini, juga diungkapkan secara detail perasaan dan pikiran orang-orang yang terlibat dalam perpindahan ini. Mr. dan Mrs. John Dashwood tampak kaget dan Edward pun menjadi gelisah.
Suatu hal yang menarik dari bab ini adalah bagiamana penulis perlahan demi perlahan memberikan petunjuk bahwa Marianne adalah yang dianggap sebagai ‘Sensibility’ di buku ini. Dengan penulis mendeskripsikan perasaan dan suasana hati Marianne, terlihat bagaimana perasannya menunjukan kepekaan. Semakin mendalami buku ini, saya rasa ceritanya sangat menarik dan memiliki plot yang bagus.
Bab 6
Melanjutkan cerita dari bab sebelumnya, bab yang kali ini menceritakan perjalanan Mrs.Dashwood dan ketiga anaknya ke rumah baru mereka yaitu Barton Cottage. Penulis mendeskripsikan suasana rumah baru dan juga lingkungannya kepada pembaca melalui perasaan para karakternya. Meski suasana rumah tersebut sangat berbeda dengan rumah sebelumnya, dimana rumah yang kali ini lebih kecil dan tidak mewah, akan tetapi sebagai pembaca saya dapat mengatakan bahwa mereka semua tampak senang. Marianne sendiri yang awalnya tampak ragu untuk tinggal di rumah baru, kini ia merasa senang dengan keadannya. Dengan membaca bab ini, saya menggambarkan suasana rumah baru ini sebagai rumah yang sederhana, nyaman, jauh dari keramaian, dan terletak di daerah yang sejuk.
Selain itu, juga ada beberapa karakter baru yang diperkenalkan oleh penulis yaitu keluarga Middleton. Menurut saya, perkenalan berbagai karakter baru dan perubahan latar ini membuat cerita semakin menarik dan tidak membosankan. Suatu hal yang saya suka dari bab ini adalah bagaimana penulis menunjukan bahwa Mrs.Dashwood dan ketiga anaknya dapat menerima gaya kehidupan baru yang tampak berbeda dari sebelumnya. Akan tetapi, pastinya mereka masih bergantung terhadap kemewahan di kehidupan sebelumnya yang dibuktikan dengan adanya 3 pembantu yang berkerja di rumah kecilnya.
Bab 7
Bab ini seakan-akan menjadikan Marianne sebagai sorotan atau karakter utamanya. Menerima ajakan dari keluarga Sir. John Middleton, Mrs.Dashwood dan ketiga anaknya pun mengahbiskan waktu untuk makan bersamanya di Barton Cottage. Pada acara tersebut, terdapat tokoh-tokoh baru yang penulis kenalkan para pembacanya. Penulis juga menggambarkan karakter-karakter tersebut dengan detail agar para pembacanya seakan-akan memiliki kesan unik terhadap setiap karakternya. Sir. John Middleton digambarkan sebagai bangsawan yang rendah hati dan istrinya digambarkan sebagai wanita yang sangat elegan. Selain itu, terdapat karakter baru bernama Kolonel Brandon, teman Sir. John dimana ia dikenalkan kepada para pembaca melalui ketertarikannya terhadap Marianne yang memainkan piano pada acara tersebut.
Sekali lagi, karakter “Sensibility” dari Marianne diungkapkan di bab ini. Memang tidak semua pembaca dapat sadar akan hal ini, tetapi dengan Marianne yang terlihat menyukai pujian dan pendapat orang lain menunjukan bahwa ialah orang yang peka. Selain itu, melalui beberapa insiden di bab ini, perbedaan antara Marianne dan Elinor yang bertolak belakang ini juga ditunjukan.
Bab 8
Di bab ini, pembaca diperkenalkan ke sebuah konflik dimana Ms. Jennings menjodohkaan Marianne dan Kolonel Brandon. Marriane tampak tidak nyaman dengan perkataan dan kelakuan Ms. Jennings karena menurut Marianne, ia tidak mungkin menikah seseorang yang jauh lebih tua dari dirinya. Mrs.Dashwood dan Elinor pun juga setuju bahwa tidak mungkin Marianne akan menikahi seseorang berumur 35 tahun. Menurut saya, meski Elinor dan Marianne memiliki pemikiran yang kurang lebih sama, tetapi perbedaan mereka juga terlihat dari cara mereka berpendapat. Marianne terlihat lebih mementingkan perasaannya, tetapi Elinor terlihat lebih menghiraukan hal-hal yang berkaitan dengan emosi.
Satu hal yang saya anggap menarik di bab ini adalah bagaimana penulis menunjukan bahwa pada jaman dan budaya tersebut, sangat aneh jika seseorang berumur 16 tahun dijodohkan dengan orang berumur 35 tahun. Kolonel Brandon dianggap sebagai seseorang yang sudah tua dan tidak akan dapat membahagiakan Marianne karena umurnya. Akan tetapi, sangat berbeda hal nya dengan jaman sekarang dimana pria berumur 35 tahun masih banyak yang mencari jodoh dan dianggap muda. Hal tersebut membuktikan bagiamana perkembangan jaman telah meningkatkan standar hidup hingga manusia dapat hidup lebih lama dibandingkan jaman sebelumnya. Penemuan teknologi, obat-obatan baru, dan banyak lagi, telah membuat penuaan populasi dunia.
Bab 9
Menurut saya, bab yang kali ini menarik karena menunjukan sisi romantis dan mulai membangun cerita cinta dari buku ini. Di bab yang kali ini, hal yang ditonjolkan adalah insiden pertemuan Marianne dengan Willoughby. Ketika Marianne sedang menghabiskan waktu dengan Margaret, Marianne tidak sengaja terjatuh. Akan tetapi, pria bernama Willoughby yang digambarkan sebagai laki-laki gagah tersbebut menyelamatkan Marianne dan mengantarkannya pulang. Dari pemberitahuan Sir.John Middleton, Willoughby adalah seseorang laki-laki kaya. Lagi-lagi, penulis menunjukan kekayaan karakternya sebagai semacam pengantar kepada pembaca. Penulis seakan-akan ingin pembacanya memandang para karakternya berdasarkan kekayaan dan kepemilikannya.
Karena sekarang kisah cinta kedua adik-kakak yaitu Elinor dan Marianne mulai diceritakan. Saya menebak bahwa sang penulis akan lebih lagi menunjukan perbedaan antara Sense and Sensibility melalui kisah cinta mereka berdua. Mengetahui hal tersebut, saya menjadi penasaran dan ingin terus lanjut membaca buku ini.
Bab 10
Pada bab ini menceritakan kisah cinta antara Willoughby dan Marianne yang mulai berkembang. Penulis menggambarkan hubungan mereka berdua sebagai pasangan yang memiliki banyak persamaan dan kecocokan. Mereka berdua sering menghabiskan waktu bersama, dan Mrs.Dashwood pun mendukung hubungan mereka. Dengan membaca bab ini, saya dapat mengatakan bahwa Willoughby dan Marianne menyukai satu sama lain.
Hal di bab ini yang mencerminkan kembali dari judul buku ‘Sense and Sensibility’ adalah bagaimana Elinor dan Marianne tidak bersependapat mengenai karakteristik pria idamannya. Willoughby dan Marianne tidak menyukai Kolonel Brandon hingga mereka sering mengejeknya, akan tetapi hal tersebut membuat Elinor marah hingga terjadi beberapa perdebatan. Elinor pun juga mengira Kolonel Brandon lebih baik dibandingkan Willoughby.
Bab 11
Bab ini berpusat pada lanjutan kisah cinta antara Marianne dan Willoughby dimana mereka dideskripsikan sebagai sosok pasangan yang sangat bahagia dan mencintai satu sama lain. Di sisi lain, Elinor terlihat kesepian tanpa Edward. Di bab ini juga diceritakan sedikit mengenai pertemuan Elinor dan Kolonel Brandon. Mereka berbincang-bincang mengenai masa lalunya yang mirip. Elinor bersifat sangat ramah terhadap Kolonel Brandon, ia bersedia untuk mendengarkan cerita masa lalunya, dan menanggapinya dengan baik. Menurut saya, hal tersebut secara tidak langsung menunjukan bahwa Elinor adalah orang yang lebih mementingkan perasaan, beda dengan Marianne.
Bab 12
Melanjutkan cerita dari bab sebelumnya, bab ini dibuka dengan Marianne yang mendapatkan seekor kuda dari Willoughby. Elinor tampak tidak menyukai pemberian tersebut karena mengira bahwa merawat seekor kuda akan membebani keadaan ekonomi mereka yang sudah tidak baik. Dengan berat hati, Marianne akhirnya mengembalikannya pemberian tersebut.
Di bab ini, penulis lagi-lagi secara tidak langsung menonjolkan perbedaan antara Elinor dan Marianne. Ketika Margaret menyebut-nyebut soal Edward terhadap Mrs. Jennings, Elinor tampak tersinggung dan ia seakan-akan mengalihkan perhatiannya. Mungkin melalui insiden tersebut, penulis ingin menunjukan bahwa Elinor adalah orang yang takut untuk mengungkapkan kisah cinta dan perasannya di depan umum, sementara Marianne memiliki sifat yang sangat terbuka mengenai hubungannya.
Bab 13
Pada bab ini, terdapat sebuah perdebataan dan konflik kecil yang terjadi. Pertama, Kolonel Brandon harus membatalkan rencananya untuk pergi ke Whitwell karena ia mendapatkan surat penting yang menurutku tampak mencurigakan. Tetapi, hal tersebut akan membuat alur cerita di buku ini semakin menarik. Kedua, Elinor tampak kesal karena tindakan Marianne dan Willoughby yang pergi ke rumah bibi Willoughby. Menurut Elinor, perlakuan mereka berdua tidak benar dan menyerupai orang yang telah memiliki hubungan serius.
Pada akhir membaca bab ini, saya sedikit mencurigai hubungan antara Marianne dan Willoughby. Perkataan dan janji-jani Willoughby yang dituliskan dengan kata-kata manis tersebut tampak seperti banyak cerita romantis lainnya dimana perkataan tersebut hanyalah janji palsu. Willoughby memang digambarkan sebagai laki-laki idaman semua wanita, dan hal itu juga yang membuat perannya semakin cocok untuk memberikan janji palsu menurut pendapat saya.
Bab 14
Bab ini lagi-lagi menjelaskan mengenai hubungan antara Marianne dan Willoughby yang terus berkembang. Di setiap babnya, hubungan mereka menjadi semakin dekat dan di bab ini, mereka seakan-akan sudah siap untuk tunangan atau menikah. Akan tetapi, seperti kecurigaan ku dari bab sebelumnya, Willoughby berkata bahwa ia menginginkan semuanya untuk tetap sama. Menurut saya, hal tersebut dapat menjadi pertanda baik maupun buruk untuk cerita di bab-bab selanjutnya.
Selain itu, mengenai Kolonel Brandon yang kabur tanpa alasan jelas tersebut, Mrs.Jennings mengira bahwa ia memiliki masalah keungan. Lagi-lagi, masalah ekonomi dan keuangan ditunjukan di bab ini. Menurut saya, penulis ingin menjelaskan kepada para pembacanya bahwa pada masa tersebut, keuangan adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang.
Bab 15
Menurut saya, bab kali ini sangatlah menarik. Seperti dugaanku, Willoughby dan Marianne harus berpisah. Bab ini akan memberikan kejutan bagi para pembaca yang mendukung hubungan Marianne dan Willoughby. Di bab-bab sebelumnya, kita bisa melihat bagaimana kisah cinta mereka telah terbentuk dan dibangun. Akan tetapi di bab ini, Willoughby dengan sangat mendadak harus pergi dan meninggalkan Marianne menangis. Tokoh-tokoh lain mengira bahwa Mrs.Smith tidak menyetujui hubungan mereka, tetapi sebagai ibu, Mrs.Dashwood selalu mencoba untuk menenangkan dan mendukung Marianne. Di bab ini, pembaca diingatkan kembali dengan bagiamana Elinor memiliki perspektif yang buruk terhadap Willoughby yang sudah ia duga dari awal.
Di bab ini, saya dapat menyimpulkan bahwa pada akhirnya, kedua kakak-adik Elinor dan Marianne ditinggalkan oleh pasangannya. Elinor yang harus tinggal jauh dari Edward, dan sekarang Marianne yang mendadak ditinggal oleh Willoughby. Karena itu, cerita di buku ini menjadi semakin menarik dan seru terutama jika dibaca oleh orang-orang yang ingin sekali tahu dengan siapa mereka akan berakhir. Dengan plot twist di bab ini, saya sendiri juga menjadi semakin penasaran mengenai siapa yang akan menjadi pangeran mereka berdua pada akhirnya, hingga membuatku semakin tertarik dengan buku ‘Sense and Sensibility’ ini.
Bab 16
Pada bab ini, penulis berhasil untuk memberikan emosi kesedihan melalui kisah cinta Marianne. Karena ditinggal oleh Willoughby, Marianne tampak sangat sakit hati. Ia terus-menerus menangis karena juga tidak mendapatkan kabar dari Willoughby. Menurut saya, mungkin ini memang pertanda berhentinya hubungan antara Willoughby dan Marianne. Selain penjelasan mengenai situasi Marianne, sikap sang adik-kakak yang berbeda tersebut juga ditonjolkan. Ketika Elinor harus berpisah dengan Edward, hatinya pun rapuh akan tetapi, ia tetap menguatkan dirinya dan menunjukan ketanguhannya. Sementara Marianne yang harus berpisah dengan Willoughby ini hanya dapat menangis setiap harinya. Cara Elinor dan Marianne dalam menghadapi permasalahan ini sudah terlihat jelas bertolak belakang dan hal itulah yang mencerminkan tema dari buku ini.
Bab 17
Cerita terus dilanjutkan dengan kedatangan Edward yang disambut dengan hangat oleh Mrs.Dashwood. Mereka pun mengahbiskan waktu dengan berbincang-bincang dan Edward terlihat cukup kecewa karena kelakuan ibunya yang tampak egois tersebut. Saya dapat mengatakan bahwa kelakuan ibu Edward dalam membesarkan Edward tidak benar. Sang ibu seakan-akan tidak memberikan kebebasan kepada Edward dan hal itu tampak tidak adil. Akan tetapi, mungkin memang hal itu sering terjadi pada jaman dahulu, jaman latar penulisan. Mungkin sekali lagi penulis ingin menyampaikan bahwa harta dan kekayaan pada era itu sangatlah dijunjung tinggi, dan para orangtua akan melakukan segalanya agar anak-anaknya mendapatkan warisan yang layak. Maka karena itu, sekali lagi bab yang kali ini mengingatkan para pembaca mengenai keuangan dan warisan.
Pada jaman sekarang, mungkin orang-orang lebih tak terikat dengan harta, warisan, dan keuangan seperti pada jaman penulisan di buku ‘Sense and Sensibility’ ini. Akan tetapi, pastinya kita masih bisa menemukan orang-orang seperti itu. Selain itu, masalah kekuasaan dan keadilan juga ditunjukan dengan bagaiamana ibu Edward yang berkuasa tersebut tidak memberikan Edward kehidupan yang adil. Pada jaman sekarang, permasalahan kekuasaan dan keadilan sering kita temui bahkan dalam permasalahan yang kebih besar dan mempengaruhi lebih banyak orang. Isu mengenai kekuasaan dan keadilan bisa dibilang sebagai permasalahan global yang harus cepat ditangani.
Bab 18
Melanjutkan pembacaan saya, cerita menjadi semakin menarik. Bab yang kali ini lebih berpusat ke hubungan antara Elinor dan Edward. Insiden utama di bab ini menurutku adalah mengenai cincin Edward. Ketika Marianne, Elinor, dan juga Edward sedang berbincang-bincang, Marianne secara tidak sengaja melihat Edward memakai cincin dengan helaian rambut yang tersimpan di cincin itu. Saya mengira cincin itu sangat menarik dan unik karena pada jaman sekarang, saya tidak pernah mengetahui sebuah cincin yang dapat menyimpakn helaian rambut. Mungkin pada jaman tersebut, cincin itu menandakan sesuatu yang sangat spesial. Saya merasa bahwa penulis menggunakan cincin tersebut sebagai tanda atau petunjuk untuk kelanjutan alur cerita ini yang kurang bisa saya tebak karena ada banyak kemungkinan.
Selain itu, Edward tampak sangat malu ketika mengetahui Marianne menyadari cincin yang ia gunakan. Sementara Elinor, ia mengira bahwa helaian rambut tersebut adalah miliknya tetapi ia juga kebingungan karena ia tidak merasa pernah memberikan helaian rambutnya ke Edward. Karena itu saya merasa cincin itu berbicara mengenai banyak hal, akan tetapi penulis akan mengungkapkannya secara perlahan.
Bab 19
Pada bab ini, Edward memutuskan untuk pergi ke London dan sekali lagi berpisah dengan Elinor. Elinor tampak sedih dengan situasi ini tetapi berbeda dengan Marianne, ia menutupi kesedihannya dengan melakukan hal-hal yang membuatnya sibuk. Sekali lagi penulis menunjukan perbedaan Marianne dan Elinor dari perlakuan serta sifatnya ketika ditinggal oleh pria yang mereka cintai. Pada bab ini, Mrs Jennings dan Sir John juga memperkenalkan kedua anaknya yaitu Mrs Palmer dan suaminya. Mrs. Palmer terluhat seperti seseorang yang sangat ceria, terbalik dengan suaminya yang tampak diam.
Pada titik ini, saya kurang bisa memprediksi bagaimana kelanjutan cinta Marianne dan Elinor. Melalui perbincangan Elinor dan Edward yang hanya terlihat seperti sebatas teman, tetapi juga perilaku Elinor yang secara tidak langsung menunjukan kesedihan dan keraguan. Lalu, untuk Marianne yang tidak terlalu menjadi sorotan di bab ini. Karena itu, saya menjadi tidak sabar membaca bab yang selanjutnya.
Bab 20
Melanjutkan cerita dari bab sebelumnya, bab ini menceritakan mengenai kedatangan keluarga Palmer ke rumah keluarga Dashwood. Pada bab ini, penulis berhasil untuk memperdalami karakter keluarga Palmer melalui beberapa insiden dan perbicangan. Membaca cerita di bab ini, saya menyimpulkan bahwa Mr.Palmer adalah orang yang lugu, acuh tak acuh, dan suka mengatakan hal-hal yang dapat menyinggung orang di sekitarnya tanpa sengaja. Tetapi terbalik dengan Mrs.Palmer yang orangnya tampak ceria, menjaga perkataannya, dan selalu tertawa untuk menghindari suasana tegang yang dibuat oleh suaminya. Para pembaca tentunya dapat melihat keironian di bab ini melalui perbincangan mereka. Menurut saya, Mrs.Palmer hanya tampak ceria dan selalu mengatakan bahwa sebenarnya Mr.Palmer adalah orang yang baik karena ia sudah lelah dengan perilaku suaminya yang kurang baik tersebut. Ia hanya bisa tertawa untuk menutupinya agar orang-orang tidak memiliki persepsi buruk akan keluarga Palmer.
Selain itu, hal yang menarik juga adalah dimana Elinor berbicara dengan keluarga Palmer mengenai Willoughby. Elinor sebagai kakak tampak prihatin mengenai hubungan adiknya yang memang di cerita akhir-akhir ini terlihat sangat meragukan. Akan tetapi, mengetahui bahwa keluarga Palmer menilai Willoughby sebagai pria yang baik, Elinor tampak lebih lega.
Bab 21
Bab yang kali ini menceritakan mengenai kedatangan sepupu Lady Middleton ke rumah Dashwood. Sepanjang cerita ini, saya merasa bahwa rumah Barton sangat sering menerima tamu. Tamu yang kali ini bernama Miss Steele dan Lucy. Mereka berdua mengetahui Willoughby dan Edward Ferrars. Saya menyukai bagaimana sang penulis selalu mengenalkan karakter baru yang berkaitan dengan karakter sebelum-sebelumnya. Hal tersebut memberikan pembaca petunjuk-petunjuk dari hal-hal yang berupa misteri di buku ini.
Hal yang juga dapat kita lihat di bab ini adalah bagaimana cara Lady Middleton memedulikan anak kecil. Mungkin melalui penonjolan karakter Lady Middleton ini, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca bagaimana untuk menjadi orang tua yang baik, mendidik anaknya tanpa keegoisan dan kerakusan. Pada jaman tersebut hingga jaman sekarang, kita masi dapat melihat para orang tua yang tidak memberikan para anaknya kebebasan karena mementingkan warisan dan kekayaan. Pengertian tersebut harus segera dihapuskan karena pada generasi ini, semua orang tua harus lebih terbuka mendukung anaknya daripada mengekangnya. Jaman ini telah berubah drastis dan cara orangtua mendidik anaknya juga seharusnya berubah seeiring dengan berkembangnya jaman.
Bab 22
Sebagai bab terakhir di Volume 1, cerita di bab ini sangatlah menarik dan cukup membuatku terkejut. Melalui percakapan anatara Elinor dan Lucy, pembaca dibuat kaget dengan fakta bahwa Lucy sebenarnya telah berhubungan dengan Edward selama 4 tahun. Lucy bahkan memberikan beberapa bukti agar Elinor mempercayainya. Memang Edward terlihat sedikit mencurigakan setelah insiden penggunaan cincin tersebut, dan bab ini menjelaskan misteri tersebut. Menanggapi situasi ini, Elinor tampak tetap kuat meski kita semua mengetahui betapa sedihnya Marianne. Dengan itu, kita dapat sekali lagi melihat perbedaan Marianne dan Elinor. Jika Marianne ada di posisi Elinor, ia pasti langsung menangis dan menunjukan kesedihannya. Berbeda dengan Elinor yang mencoba untuk tenang dan tetap kuat.
Menurutku cerita di bab ini cocok untuk menjadi penutup dari Volume 1 karena kejutan mengenai Edward dan Lucy yang akan membangun konflik baru di buku ini. Secara keseluruhan dari Volume 1, saya kira ada banyak hal dari buku ini yang bisa kita pelajari. Selain dengan ceritanya yang sangat menarik, membaca buku ini juga menambah pengetahuan para pembaca mengenai norma, kebiasaan, kultur, dan ciri-ciri kehidupan pada jaman tersebut.
Comments
Post a Comment