Sense and Sensibility - Volume 3
Sense and Sensibility
VOLUME 3
SYDNEY.S
Bab 37
Membuka volume ketiga, bab ini dimulai dengan Miss Steele yang memberi kabar mengenai pertunangan Edward dan Lucy. Kabar tersebut membuat Fanny sangat marah hingga ia mengusir Lucy dan Miss Steele dari kediamannya. Fanny sangat marah karena mengetahui bahwa jika Edward menikahi perempuan tersebut, warisannya akan hilang. Lagi-lagi, permasalahan mengenai warisan dan keuangan ditonjolkan di bab ini. Ada beberapa konflik yang terjadi mengenai warisan ini, termasuk sikap Fanny dan Mrs.Ferras yang berubah drastis kepada Lucy dan Miss Steele. Kluarga Dashwood juga menjadi sangat marah dan prihatin melihat Edward dalam situasi ini. Menurut saya, bab ini berhasil menonjolkan permasalahan global yaitu penyalagunaan kekuasaan, melalui permasalahan mengenai warisan. Membaca bab ini juga membuatku berpikir dengan siapa Elinor akan berakhir jika Edward akan menikahi Lucy?
Bab 38
Bab yang kali ini bercerita mengenai Edward yang berusaha untuk memperoleh posisi di gereja untuk mendapatkan uang. Lucy pun juga mengirimkan Elinor surat untuk meminta bantuan. Karena hal tersebut, Elinor mengetahui bahwa Edward belum memastikan tanggal pernikahannya karena kesibukannya. Menurut saya, sifat atau perilaku Marianne yang ditunjukan oleh penulis di bab ini sungguh menarik. Marianne tampak lebih pengertian dan dewasa dalam menghadapi situasi-situasi tersebut. Mungkin untuk mengakhiri cerita di buku ini, penulis ingin mengubah karakter Marianne untuk menjadi yang lebih baik, berbeda dengan sifat Marianne pada mulanya.
Bab 39
Pada bab ini, diceritakan bagaimana Marianne ingin segera pulang dan meninggalkan London. Tetapi, bisa dilihat bahwa Elinor dan Mrs.Jennings belum siap untuk pergi karena kekhawatirannya terhadap Edward. Karakter Kolonel Brandon lalu muncul lagi untuk membantu Edward mendapatkan posisi di Delaford. Pada bab akhir-akhir ini, penulis selalu menggunakan karakter Kolonel Brandon untuk membantu permasalahan Elinor. Hal tersebut sangat menarik karena dapat menimbulkan pendapat pada beberapa pembaca bahwa Elinor mungkin akan berakhir dengan Kolonel Brandon. Tetapi entah kenapa saya merasa bahwa Kolonel Brandon tidak akan berakhir dengan Elinor, karena tampaknya intensi Kolonel Brandon yang membantu Elinor ini adalah karena ia merasa kesengsaraan yang dialami Elinor dan ia hanya ingin membalas rasa utang budinya.
Bab 40
Hanya melanjutkan cerita dari bab sebelumnya, menurut saya tidak ada insiden penting di bab ini dan intinya pun sangat singkat. Mrs.Jennings yang mengira Elinor memiliki hubungan dengan Kolonel Brandon tersebut dibuktikan salah karena kedekatan mereka hanyalah untuk membantu Edward. Pada bab ini, Edward mengunjungi Elinor dan membicarakan mengenai tawaran posisi di Delaford yang diberikan oleh Kolonel Brandon. Edward langsung menerima tawaran tersebut dan ia tampak sangat berterimakasih hingga ingin bertemu dengan Kolonel Brandon secara langsung untuk memberikan salam.
Bab 41
Lucy yang mendapatkan kabar mengenai tawaran Kolonel Brandon ini menjadi sangat senang karena ia merasa bahwa tidak lama lagi ia dapat menikahi Edward. Akan tetapi, disini menariknya. Saya yakin semua pembaca dapat melihat bahwa Edward seakan-akan tidak mencintai Lucy lagi, bahkan tidak memiliki perasaan untuknya. Tetapi, Lucy tampak menghiraukan hal tersebut. Saya mencurigai sikap Lucy yang seakan-akan harus menikahi Edward meski Edward tidak menginginkannya. Menurut saya, Lucy terlihat sangat licik dan hanya ingin memanfaatkan Edward.
Cerita ini lalu dilanjutkan dengan Elinor yang mendatangi kediaman John dan Fanny. Disana, ia bertemu dengan Robert Ferrars, saudara Edward yang akan menikahi Miss Morton. Tentunya, sang ibulah yang mengambil semua keputusan tersebut dan mengatur dengan siapakah anaknya harus menikah. Dengan keputusan ibunya yang menurutku sangat tidak adil dan tidak manusiawi, Robert Ferrars pun tampak cuek dan tidak peduli. Mungkin hal itu dikarenakan warisan yang akan diterimanya sudah cukup membuatnya sangat senang.
Bab 42
Bab yang kali ini bersetting di Cleveland, dimana kakak adik Dashwood, Kolonel Brandon, dan Mrs.Jennings berpergian ke rumah keluarga Palmer. Sesampainya di Cleveland, Marianne tampak sangat cemas karena mengetahui Willoughby berada di daerah yang dekat dengannya. Sebagai kakak yang bertanggung jawab dan menyayangi adiknya, Elinor selalu mencoba untuk menenangkan Marianne. Selain itu, Kolonel Brandon juga menyampaikan kabar baik dimana ia berkata Edward telah mendapatkan posisi di Delaford. Hal tersebut membuat Elinor senang. Seperti di bab-bab yang sebelumnya, lagi-lagi Mrs.Jennings mencurigai hubungan antara Kolonel Brandon dan Elinor.
Pada bab ini, juga diceritakan bahwa Marianne jatuh sakit dan hal tersebut membuat Kolonel Brandon sadar. Dari insiden-insiden di bab ini, pembaca tentunya dapat melihat bahwa kebaikan Kolonel Brandon kepada Elinor tidak didasari dengan cinta, melainkan ia hanya ingin menghormatinya. Hal yang juga tidak kalah menarik di bab ini adalah bagaimana sifat Elinor berubah menjadi lebih peka dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Elinor yang dulunya juga selalu menutup-nutupi perasaanya, kini ia mulai berani untuk mengungkapkan isi hatinya.
Bab 43
Karena kondisi Marianne yang terjatuh sakit tersebut, Keluarga Palmer pun akhirnya memanggilkan dokter untuk merawat Marianne. Kondisi tersebut membuat Mrs.Jennings dan Elinor sangat khawatir hingga ingin membawa Mrs.Dashwood kemari. Pada bab ini, pembaca diberi sedikit kejutan, dimana Willoughby datang pada malam hari. Mungkin pada bab sebelumnya, Willoughby adalah karakter yang sangat penting dan yang membuat alur cerita menjadi seru. Tetapi kini, munculnya karakter Willoughby tidak lagi memberikan dampak pada jalannya cerita.
Menurut saya, hal yang menarik dari bab ini adalah bagaimana Mrs.Jennings tampak sangat sayang dan peduli terhadap adik kakak Dashwood. Dengan Marianne yang terjatuh sakit ini, ia seakan-akan berperan sebagai ibu yang rela melakukan apapun untuk merawat anaknya yang sakit. Saya tentu bisa melihat bagaimana karakter Mrs.Jennings secara perlahan bertumbuh semakin menyayangi Marianne dan Elinor.
Bab 44
Bab yang kali ini cukup membuatku terkejut dan membuka sebuah misteri. Kedatangan Willoughby membuat Elinor sangat kaget karena tidak ada yang menduganya. Willoughby dengan sungguh-sungguh menyampaikan bahwa sebenarnya, ia sangat menyayangi Marianne, ia tulus, bahkan ia ingin melamarnya. Akan tetapi, karena kondisi finansialnya dimana ia harus melunasi hutang Mrs.Smith, maka ia terpaksa menikahi Miss William. Hal tersebut sekali lagi membuktikan pada para pembaca bahwa pada jaman tersebut, keuangan / finansial / pereknomian adalah puncak hierarki kebutuhan semua orang.
Selama menyampaikan penyesalannya, Willoughby tampak sangat sedih, bersalah, dan ia rela mengakui kekejamannya. Ia juga memberi tau bahwa surat terakhirnya yang menghancurkan hati Marianne tersebut dituliskan oleh istrinya. Tetapi, segala pembicaraan tersebut tidak merubah fakta bahwa Willoughby telah menikah dan Marianne tidak akan berakhir dengan Willoughby. Pada bab ini, pembaca tentunya bisa melihat lagi bagaimana karakter Elinor menjadi semakin peka dari sebelumnya.
Bab 45
Pada bab ini, dikabarkan bahwa keadaan Marianne telah membaik hingga membuat semuanya merasa lega. Saya juga cukup terkejut dengan Kolonel Brandon yang meminta persetujuan Mrs.Dashwood untuk menikahi Marianne. Karena buku ini akan segera berakhir, mungkin Kolonel Brandon memanglah cinta sejati Marianne. Mrs.Dashwood dan Elinor pun menyutujuinya karena mengira Kolonel Brandon lebih layak dibandingkan Willoughby. Tetapi satu hal yang membuat hubungan antara Kolonel Brandon dan Marianne tidak pasti adalah perasaan Marianne yang masih merupakan misteri. Penulis belum mengekspos perasaan Marianne yang sesungguhnya. Apakah ia masih memiliki perasaan terhadap Willoughby? Atau ia telah membuka hatinya untuk Kolonel Brandon yang sangat ia benci pada awal cerita ini?
Bab 46
Marianne yang akhirnya sembuh tersebut memutuskan untuk kembali ke Barton. Marianne tampak sangat berterimakasih kepada Mrs.Jennings dan Kolonel Brandon yang telah merawatnya selama ini. Namun, Marianne juga terlihat masih memikirkan dan mempedulikan Willoughby. Melanjutkan kehidupannya di Barton, banyak hal yang berubah diantara Marianne dan Elinor. Marianne sendiri sudah tidak lagi bersifat egois dan ia seakan-akan mulai untuk membuka hatinya kepada Kolonel Brandon. Untuk Elinor, ia yang sebelumnya malu-malu dan sangat tertutup dengan perasaanya, kini ia tampak lebih bahagia, mulai berani dan terbuka kepada ibunya terutama.
Bab 47
Mungkin ada beberapa pendapat dari para pembaca mengenai apa yang menjadi sorotan di bab ini. Secara pribadi, saya kira perubahan sikap dan terkeposnya perasaan Marianne menjadi sorotan di bab ini. Marianne menyatakan kesadaranya bahwa ia tidak akan bahagia jika berakhir dengan Willoughby. Ia sendiri juga telah merelakan hubungan Willougby dengan Miss William. Hal tersebut menunjukan bahwa Marianne tidak lagi bersifat kekanak-kanakan dalam menghadapi situasi yang ada. Marianne juga menunjukan bagaimana ia telah bertumbuh menjadi orang yang semakin pengertian. Elinor pun juga memberi tahu Mrs.Dashwood mengenai percakapannya dengan Willloughby. Sang ibu tentunya menanggapinya dengan baik meski ia tampak tidak merindukan Willoughby.
Hal yang juga terjadi di bab ini adalah pembantu Dashwood yang memberi kabar mengenai pernikahan Edward dengan Lucy. Hal tersebut tentunya membuat Elinor sangat sedih karena ia tentunya masih menyayangi Edward. Saya juga bisa melihat bagaiamana Mrs.Dashwood merasa sangat bersalah kepada Elinor karena kurang memberikan perhatiannya sebagai ibu.
Bab 48
Bab kali ini sekali lagi mengejutkan para pembaca. Saya rasa semakin mendekati akhir dari buku ini, penulis mencoba untuk menyelsaikan segala konflik secara cepat hingga cerita ini dapat berakhir dengan ‘happy ending’. Pada awal bab ini, Elinor masih tampak sangat sedih karena kabar mengenai pernikahan Edward dan Lucy. Akan tetapi, kedatangan Edward membuatnya kaget. Dalam perbincangan mereka, Edward berkata bahwa sesungguhnya ia tidak menikahi Lucy, melainkan Robert lah yang menikahi Lucy. Kabar tersebut tentu nya membuat Elinor sangat bahagia.
Sebagai pembaca, saya tidak menduga hal ini akan terjadi, mungkin karena saya tidak peka dengan tanda-tanda yang ada di bab-bab sebelumnya. Hubungan antara Lucy dan Edward sebenarnya sudah jelas bahwa tidak ada cinta atau rasa sayang diantara mereka. Ditambah lagi dengan sikap Lucy dan Robert yang sebenarnya serasi. Sebelumnya, saya tetap mengira bahwa mereka akan menikah karena alasan dan manfaat tertentu, seperti Willoughby harus menikahi orang yang tidak ia sayangi karena uang.
Bab 49
Melanjutkan kisah cinta Edward dan Elinor yang telah melewati berbagai konflik sepanjang cerita ini, akhirnya Edward datang ke Barton untuk melamar Elinor. Lucy mengirimkan surat kepada Edward dengan kabar bahwa ia telah menikahi Robert. Hal itulah yang membuat Edward langsung menghampiri Elinor di Barton. Tidak mengejutkan lagi bagi pembaca bahwa Elinor tentunya menerima lamarannya dan mendapatkan restu dari Mrs.Dashwood. Kolonel Brandon juga terlibat pada cerita di bab ini, dimana ia seakan-akan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Edward. Bab ini tentunya merupakan kabar bahagia bagi para pembaca yang dari awal mendukung hubungan Edward dan Elinor senang.
Bab 50
Seperti ekspektasi saya, buku ini tentunya berakhir dengan kebahagiaan. Sangat mengejutkan bahwa ibu Edward dan Mrs.Ferrars yang bersikap sangat dingin sepanjang buku ini, akhirnya merestui hubungan antara Edward dan Elinor. Ibu Edward pun memberikan warisan yang cukup besar kepada Edward. Mereka akhirnya tinggal di Delaford.
Secara keseluruhan, bab akhir ini mirip dengan buku-buku dengan ‘happy ending’ pada umumnya. Semua karakter berakhir dengan bahagia dan mendapatkan pasangan yang mereka cintai. Edward yang berakhir dengan Elinor, Marianne yang akhirnya menerima lamaran Kolonel Brandon, dan Lucy yang menikah dengan Robert. Keluarga yang bersangkutan pun akhirnya merestui dan mendukung semua hubungan mereka.
Selain itu, perkembangan sikap Elinor dan Marianne telah berhasil mencerminkan kembali judul dari buku ini. Pesan penting yang dapat saya ambil dari buku ini berkatian dengan judulnya adalah bagaimana keseimbangan antara Sense dan Sensibility itu perlu dimiliki oleh seseorang. Memiliki sense saja tidak cukup, dan memiliki sensibility saja pun tidak cukup.
Mungkin salah satu kritik dari saya mengenai buku ini adalah bagaimana alur cerita di buku ini masih mirip dengan buku-buku lain pada umumnya, meski jalan ceritanya bagus dan seru. Saya juga melihat bahwa pada bab-bab akhir buku ini, penulis seakan-akan terlalu bergegas dalam menyelsaikan konflik. Tetapi mungkin hal itu juga terjadi karena, inilah buku pertama penulisan Jane Austen. Pastinya di buku-buku selanjutnya, teknik dan kreatifitas dalam penulisannya berkembang. Di sis lain, saya mengira bahasa yang digunakan oleh Jane Austen sepanjang buku ini sangatlah baik dan mudah dimengerti hingga membuatku semakin tertarik untuk membaca.
Mungkin salah satu kritik dari saya mengenai buku ini adalah bagaimana alur cerita di buku ini masih mirip dengan buku-buku lain pada umumnya, meski jalan ceritanya bagus dan seru. Saya juga melihat bahwa pada bab-bab akhir buku ini, penulis seakan-akan terlalu bergegas dalam menyelsaikan konflik. Tetapi mungkin hal itu juga terjadi karena, inilah buku pertama penulisan Jane Austen. Pastinya di buku-buku selanjutnya, teknik dan kreatifitas dalam penulisannya berkembang. Di sis lain, saya mengira bahasa yang digunakan oleh Jane Austen sepanjang buku ini sangatlah baik dan mudah dimengerti hingga membuatku semakin tertarik untuk membaca.
Comments
Post a Comment